Sabtu, 16 Januari 2016

Apa itu Sleep Paralysis dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Penyebab dan Cara Mengatasi Tindihan
Tindihan menjadi salah satu fenomena tak terlupakan bagi masyarakat Indonesia.

Pernahkah saat Anda hendak tidur atau bangun tidur, seketika tubuh Anda tidak dapat bergerak, dada terasa sesak, leher seperti dicekik, mulut tidak dapat berbicara, dan bayang-bayang tersemat sosok makhluk gaib? Ternyata peristiwa ini tak hanya diderita oleh masyarakat Indonesia saja, namun juga kerap kali dialami orang-orang seantero dunia. Orang Barat menyebutnya sleep paralysis dan di Indonesia dikenal sebagai 'tindihan' atau 'ketindihan'.


Penyebab sleep paralysis saat tidur menurut ilmiah

Ketika fenomena ini terjadi, masyarakat Indonesia langsung beranggapan bahwa ketindihan timbul karena ulah makhluk gaib demi menakuti umat manusia. Tak heran, fenomena ini sering dikaitkan dengan hal mistis. Namun, hal tersebut tidaklah benar (menurut ilmu kedokteran). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Toronto membuktikan bahwa sleep paralysis terjadi karena perubahan kimiawi yang dilakukan otak terhadap tubuh sehingga menyebabkan tubuh lumpuh saat tidur.

Normalnya, saat tidur kita melewati empat fase secara berurutan, yaitu kondisi setengah sadar, kondisi akan terlelap, kondisi mulai terlelap, dan yang terakhir, rapid eye movement (REM), di mana pada fase terakhir ini kita sedang asyik bermimpi serta mengistirahatkan otot-otot tubuh.

Ketika kita tidak melewati fase tersebut secara bertahap, di sinilah sleep paralysis akan terjadi, di mana dari kondisi setengah sadar langsung melompat menuju REM.

Ketika kita terbangun pada kondisi REM secara tidak bertahap, kita akan terkena sleep paralysis. Keadaan di mana tubuh kita sudah 100 persen sadar, namun kita tak dapat menggerakkan tubuh sama sekali karena otak dan tubuh belum sinkron satu sama lain. Singkatnya, otak kita sudah sadar namun tubuh kita belum bangkit sehingga tubuh tidak dapat menerima perintah dari otak.

Dalam kasus ini, terkadang muncul sosok makhluk gaib yang sebetulnya hasil dari halusinasi pada saat kita bermimpi. Selain itu, munculnya sosok makhluk gaib juga dapat disebabkan karena kita terlalu syok saat fenomena ini terjadi, sehingga otak kita pun melantur ke mana-mana.


Apakah sleep paralysis berbahaya bagi kesehatan?

Terjadinya sleep paralysis adalah keadaan yang wajar. Menurut penelitian, sekitar 20-45% orang pernah mengalaminya, setidaknya satu kali dalam seumur hidupnya. Sleep paralysis sendiri biasanya kali pertama diderita pada usia 14-17 tahun.

Dilansir dari WebMD Boots, orang yang pernah terkena sleep paralysis mungkin mengalami tubuh yang tidak bisa digerakkan dan mulut terkunci (tidak dapat berbicara) secara sementara, namun hal ini tidak membahayakan kesehatan secara keseluruhan.

Bagaimana cara mencegah sleep paralysis?

Bagi Anda yang tidak ingin mengalami sleep paralysis untuk yang ke sekian kalinya, dapat mengikuti beberapa tips berikut:
  • Jangan panik saat sleep paralysis terjadi. Peristiwa sleep paralysis ini mungkin membuat Anda galau, namun langkah pertama untuk menyikapinya adalah jangan panik. Saat kita panik justru membuat masalah makin runyam. Dan seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa sleep paralysis bukan disebabkan "keusilan" makhluk gaib, itu hanyalah mitos. Dan jangan khawatir, karena ini adalah hal yang wajar terjadi. Efek sleep paralysis biasanya akan hilang dalam hitungan detik.
  • Basuh muka dengan air sebelum tidur. Dengan begitu, pikiran Anda akan makin tenang dan segar sehingga mengurangi risiko sleep paralysis.
  • Hindari tidur terlalu malam. Tidur pada larut malam atau begadang menjadi salah satu faktor penyebab sleep paralysis. Oleh sebab itu, tidurlah yang cukup (8-10 jam) dan hindari mengonsumsi kafein pada malam hari supaya Anda bisa tidur tepat waktu.
  • Hindari terlalu lelah. Karena ketika tubuh kita lelah, gelombang saraf tidak akan mengikuti fase tidur secara berurutan. Jadi, ketika Anda sedang dalam keadaan lelah, lebih baik jangan tidur dahulu. Segarkanlah tubuh dan pikiran Anda ke keadaan normal dengan menjalani berbagai aktivitas ringan, misalnya, mandi, mengobrol dengan teman, mendengar lagu, menonton TV, dan lain sebagainya. Hindari juga pemicu stres.